Hari ini hujan. Entah kenapa saya suka sekali dengan hujan. Hawa-hawa kesejukkan terasa mengalir dalam pembuluh darah. Dan saya, sangat menikmatinya.
Hujan.. Setiap ingat hujan saya mengingatnya. Ya, Dia..
Saya menyeruput nescafe creme hangat yang baru saya buat, lumayan untuk meredakan kerinduan yang amat sangat kepadanya. Padahal dia benci kopi.
Pernah suatu saat dia mengatakan pada saya, jika saya masih mengonsumsi kopi, dia akan membakar semua pabrik kopi di Indonesia. Sungguh tindakan yang mustahil untuk dilakukan. Dan saya hanya tertawa. Sementara dia, melirik sebal pada saya. Dan biasanya saya membela diri dengan joke: ini coffee cream kok, atau ini cappuccino kok, bukan kopi hitam. Dan dia hanya bisa mencubit pipi saya dengan gemas.
Saya berdiri di pinggir jendela, menyibakkan tirai, melihat rintik-rintik yang dengan derasnya membasahi rerumputan di halaman rumah. Ya, tempat favorit kami ketika hujan datang adalah halaman rumah. Layaknya bocah yang kegirangan bermain di bawah rerintik hujan, saya dan dia pun begitu. Kami sangat menyukai hujan. Biasanya setelah puas bermain dengan rerintik hujan, saya membuatkannya teh hangat. Sementara saya, kopi. Seperti biasa, dia akan mengeluarkan sejuta pandangan sinis terhadap kopi yang saya buat. Dan saya suka, sangat menyukai ekspresinya yang seperti itu. Pandangan yang sinis tapi lucu, bukan sinis yang menggambarkan kemarahan tapi ah, saya tidak dapat mengungkapkannya dengan kekata. Sayang, dia tidak datang hari ini, kemarin ataupun esok lusa. Dan saya hanya bisa menelan ludah dengan pasrah.
Tidak terasa saya sudah menghabiskan setengah cangkir coffee cream favorit saya ini, hujan belum berhenti, dan saya masih berdiri melihat ke luar jendela. Sendiri, tanpa dia.
Andai saja semua baik-baik saja, mungkin masih ada cerita antara hujan, kopi dan Dia.
#Yogyakarta, 4 November 2011, 14.53
*saat hujan kembali mendatangi tanah jogja :)
*saat hujan kembali mendatangi tanah jogja :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar