Jumat, 04 November 2011

Hujan, Kopi, dan Dia #part 2

Malam ini hujan menahan saya di Ambarukmo Plaza. Setelah bertemu klien saya berniat untuk segera pulang, karena menjadi pendengar bagi klien saja cukup menguras energi saya. Namun sekali lagi saya tegaskan, hujan menahan saya untuk tetap di Ambarukmo Plaza atau Amplaz. Starbucks Coffee, yang ada dalam pikiran saya saat itu. Yap, tanpa diperintahkan lagi kaki saya berjalan menghampiri eskalator untuk menuju Ground Floor Amplaz. Oke, it's time to enjoy this rainy night with coffee. Sambil menunggu hujan reda. Sendiri. Upss, berdua dengan kopi, tanpa dia.
Lagi-lagi, saya harus mengingat dia. Walaupun dia tidak suka kopi, dia sering menemani saya ngopi disini, di Starbucks Coffee. Sementara saya sibuk menikmati kopi, biasanya dia sudah siap meneguk sebotol air mineral dan sepotong roti coklat yang dia beli dari BreadTalk yang tak jauh dari Starbucks Coffe. Hmm.. Berbeda dengan malam ini. Tapi untunglah tempat duduk favorit saya di pojok timur dekat jendela kosong, jadi saya bisa duduk di sana, berdua dengan kopi, tanpa dia.
Secangkir cappuccino menemani saya malam ini. Saya memandang keluar jendela, so beautiful rainy. Ah, ini sama saja seperti mengingat dia. Dalam setiap rintik hujan, secangkir kopi, keduanya membuat pikiran saya melayang menghampiri kenangan-kenangan saat saya bersama dia. Tapi tidak untuk malam ini, begitupun dengan malam-malam berikutnya. Ya, hanya ada saya, hujan dan kopi, tanpa dia.
Saya mengeluarkan ipod, memakai earphone, lalu memutar playlist yang berisi lagu-lagu mellow seperti I Miss U-nya Ten 2 Five dan beberapa lagu sendu lainnya. Oh, ya.. Saya teringat akan buku yang baru saya beli tiga hari yang lalu. Masih tersimpan rapi di dalam tas biru dongker ini. Saya keluarkan lalu saya buka plastik pembungkusnya. Mencintaimu Pagi, Siang, Malam. Kumpulan puisi karya Andrei Aksana. Perlahan-lahan saya buka, lalu saya temukan puisi pertamanya yang sangat 'nyess' banget buat saya.
Kamu lebur hujan dan badai
ke dalam kata - kata
Aku basah kuyup.
Tak jera menggigil karena merindukanmu
Oh God, ternyata saya rasa saya memang sedang menggigil di sini di bawah hujan karena merindukan dia. Ya, amat sangat merindukannya. Tubuh saya memang tidak menggigil, namun saya sadar hati saya yang sedang menggigil kedinginan. Tanpa dia. Seperti pecandu heroin yang sedang sakau. Saya jadi teringat akan kata-kata favorit saya dalam film Twilight, ketika Edward Cullen mengatakan "Yes, You are exactly my brand of heroin." pada Bella Swan. Ternyata begini tokh rasanya kecanduan, tepatnya kecanduan rindu. Orang bilang rindu itu indah, tapi nyatanya, menyesakkan. Ya, karena dia tidak di sini, tak di samping saya. Hanya ada saya, hujan, dan kopi. Lagi-lagi, tanpa dia.
Kemudian, pada lembar-lembar selanjutnya saya temukan kalimat yang  menurut saya 'gue banget', "Hujan selalu mengingatkanku padamu. Cinta tanpa amarah."
Great, malam ini terasa komplit, dengan puisi tentang hujan, secangkir cappuccino, serta hujan dan tanpa dia.  
Jam tangan menunjukkan pukul 20.20, masih dengan rerintik hujan, kopi dan.. okay, tanpa dia. Menghela nafas.

#Yogyakarta, 4 November 2011, 19.10
malam setelah sisa hujan menggenang di jalanan =)

Tidak ada komentar: